Selasa, 08 Oktober 2013

dasar dasar ilmu farmasi



Farmasi berasal dari kata “PHARMACON”  yang berarti obat atau racun. Sedangkan pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan , pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi obat.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur- Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya ilmu “ilmu pengobatan” di miliki oleh orang tertentu secar turun temurun dari keluarganya. Di Yunani sendiri yang sering di anggap sebagai Tabib adalah pendeta. Dalam legenda kuno Yunani, Asclepius, Dewa pengobatan  menugaskan Hygieia untuk meracik campuran obat yang ia buat. Oleh masyarakat Inggris Hygieia  disebut sebagi Apoteker (Inggris : Apothecary). Sedangkan di Mesir di mesir di bagi dalam dua pekerjaan, yaitu : yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja di kuil menyiapkan racikan obat.
Buku tentang bahan obat2an pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM, kemudian sekitar tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani. Salah seorang muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang. Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa.

A.   Definisi Campuran , kocok
1.    Definisi Campuran
Campuran adalah materi yang terdiri atas dua macam zat atau lebih dan masih memiliki sifat-sifat zat asalnya. Jika kita mencampur minyak dengan air, terlihat ada batas di antara kedua cairan tersebut.
Dari batasan mengenai pengertian campuran dapat diuraikan beberapa sifat dari campuran, Diantaranya :
a.    Terdiri dari dua jnis Zat tunggal atau lebih
b.    Komposisi campuran tidak tetap tapi bervariasi
c.    Sifat  Zat-Zat  pembentuk campuran  masih tampak  pada campuran  yang dibentuknya.
d.    Zat – Zat pembentuk campuran dapat dipisahkan secara fisis.
Jenis-jenis Campuran, Dapat dibedakan  menjadi  2 ( Dua ) Yaitu :
a.    Campuran Homogen adalah campuran yang seluruh bagiannya mempunyai perbandingan komponen yang sama sehingga sangat sulit untuk membeda-bedakan komponen zat penyusunnya. Contoh campuran Homogen adalah larutan.
b.    Campuran Heterogen adalah campuran yang perbandingan komponen disetiap bagiannya tidak sama sehingga masih dapat dibedakan zat-zat penyusunnya. Contoh campuran Heterogen adalah Suspensi

Secara khusus campuran dapat dibedakan  ke dalam  3 bentuk yaitu :
a.    Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut , sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lainnya dalam larutan disebut pelarut.  Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi larutan. Contoh larutan:
·         Larutan garam adalah campuran homogen dari garam dalam air
·         Larutan gula adalah campuran homogen dari gula dalam air
·         Larutan oralit adalah campuran homogen dari gula dan garam dalam
b.    Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen dari zat padat dalam zat cair dimana terbentuk sedimentasi sehingga batas antar komponen dapat dibedakan tanpa perlu menggunakan mikroskop. Suspensi tampak keruh dan zat yang tersuspensi lambat laun terpisah karena gravitasi dan membentuk sedimentasi.Contoh suspensi:
·         Campuran kapur dan air
·         Campuran kopi dan air
c.    Koloid
Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Koloid merupakan bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Namun karena koloid merupakan campuran homogen maka partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi sehingga tidak terbentuk sedimentasi (endapan). Contoh Koloid:
·         Susu, adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air
·         Lem  kanji adalah koloid gel dari pati dan air yang dipanaskan

2.    Definisi kocok
·          mengguncang(-guncang)
·         Mencampur adukkan


3.    Definisi Campuran kocok
Mixtura agitanda ( Campurn kocok ) adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut dalam cairanpembawa, sehingga cepat mengendap. Pada umumnya untuk pemakaian luar (topikal) dan dihindaripenambahan stabilisator PGA(Pulvis gummi arabicium), tragakant.

B.   Emulsi
1.    Pengertian Emulsi
Emulsi adalah sediaan  yang  mengandung  bahan obat  cair  atau  cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi  dalam cairan  yang  lain, dalam bentuk  tetesan kecil. yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsiadalah putih.Emulsi dapat dibedakan dalam 2 bentuk yaitu: Emulsi Vera (emulsialam), dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak jugaemulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Dan emulsi spuria (emulsibuatan) yang  terbentuk  karena  penambahan  emulgator  dari  luar.
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campurandua cairan yang saling  tidak bisa bercampur.  Tujuan  pemakaian emulsi adalah :
a)    Dipergunakan sebagai obat dalam/ peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.
b)      Dipergunakan sebagai obat  luar. Bisa  tipe O/W  maupun  W/O  tergantung  banyak  faktor   misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang  dikehendaki

2.    Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupuneksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a)      Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
b)    Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak)


3.    Teori Terjadinya Emulsi
a)    Teori Tegangan Permukaan ( Surface Tension )
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akanterjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Semakin tinggi perbedaan  tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zatcair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akanbertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawaelektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tetentu antaralain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkandan menghilangkan tegangan permukaan yang  terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur
b)   Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :Kelompok hidrofilik yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air, dan kelompok lipofilik yaitu bagian yang suka pada minyak.
c)    Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air danminyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers.Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :

·         Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
·         Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
·         Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semuapermukaan partikel dengan segera.
d)    Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungandengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnyaakan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikianseolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yangsaling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunanlistrik yang menyelubungi sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsiakan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga caradibawah ini.
·         Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
·         Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
·         Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

4.    Bahan Pengemulsi (Emulgator)
Terbagi menjadi dua yaitu emulgator alam dan emulgator buatan.Emulgator buatan, seperti:
a.    Sabun
b.    Tween 20; 40; 60; 80
c.    Span 20; 40; 80
Emulgator alam adalah emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan:
1.    Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Bahan-bahan karbohidrat: bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a.
a.    Gom arab
b.    Tragacanth
c.     Agar-agar
d.     Chondrus
e.    Emulgator lain, seperti: pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2.     Emulgator alam dari hewan
Zat-zat protein seperti: gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae. Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3.    Emulgator alam dari tanah mineral
Zat padat yang terbagi halus, seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga terdapat Veegum / Magnesium Aluminium Silikat

4.    Cara Pembuatan Emulsi
 Dikenal  3 ( tiga ) metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
1.    Metode gom kering
Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuatdengan jumlah komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlahemulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian airdan 1 bagian emulgator. Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak,lalu ditambahkan air sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus  emulsi.

2.    Metode gom  basah
Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsidengan musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakanperbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jikaemulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulukedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian airlalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.3.

3.    Metode botol
Disebut pula metode Forbes. Metode inii digunakan untuk emulsi daribahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah.Metode ini merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gombasah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudiandiencerkan dengan fase luar.Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak.Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yangsama banyak dengan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terusdikocok, setelah emulsi utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang  tepat.


4.    Metode Penyabunan In Situa.
a.       Sabun Kalsium
Emulsi a/m  yang  terdiri dari  campuran  minyak  sayur  dan air jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkandari minyak sayur  alami  yang  mengandung asam lemak bebas.
b.      Sabun Lunak 
Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan,komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dandipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapaitemperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam faseinternal dengan pengadukan.
c.        Pengemulsi Sintetik 
Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan insitu dengan menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa  bahan pengemulsi ditambahkan pada fase dimana ia dapat lebih melarut.Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode penyabunan.


5.    Cara Membedakan Tipe Emulsi
·         Test Pengenceran  Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur denganyang menjadi fase luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi iniakan mudah diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya dengan tipe a/m.
·         Test Kelarutan Pewarna
Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalahpewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe m/a.Sudan III, adalah pewarna yang larut minyak, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m.
·         Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relativedari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik,densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika erjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipea/m.
·         Test Konduktivitas Elektrik 
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jikasuatu elektroda diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe  a/m.
·         Test Fluorosensi
Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar ultraviolet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi maka tipe emulsi  itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi hanya berupanoda.


6.    Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
a.    Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satumengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creamingbersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersikembali
b.    Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yangmeliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnyairreversibel (tidak bisa diperbaiki)


C.   SUSPENSI
1.    Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halusdan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus,tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan endapan harus segeraterdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjaminb stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dand i tuang.

Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a.    Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yangterdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai danditujukkan untuk penggunaan oral.
b.    Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan padakulit
c.    Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi obat mata harus steril dan zat yang terdisprsi harus sangat halus, bila untuk dosis ganda harus mengandung bakterisida.
d.      Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
e.      Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Suspensi harus steril, mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum suntik.
f.        Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa  yang sesuai.
2.    Stabilitas Suspensi
 Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara  memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
a.    Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikelmerupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antarluas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinyasemakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya
b.    Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel  dalam  jumlah  besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
c.    Sifat/Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar  terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi  interaksi  antar  bahan  tersebu t yang  menghasilkan bahan yang  sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat  alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapatdinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent(bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam  air(hidrokoloid).
3.    Bahan Pensuspensi
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a.     Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom/ hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri.
·         Termasuk golongan gom, antara  lain:Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Alginb.
·         Golongan bukan gom, antara  lain: Bentonit, Hectorit dan Veegum.
b.     Bahan pensuspensi sintesisa.
·         Derivat Selulosa, antara lain:Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
·         Golongan organk polimer, antara lain:Carbaphol  934



4.    Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
a.    Metode pembuatan suspensi :
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
·         Metode Dispersi
·         Metode Precipitasi
b.    Sistem pembentukan suspensi :
·         Sistem flokulasi
·         Sistem deflokulasi

  Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
a.    Deflokulasi
·         Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang  lain.
·         Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap  terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
·         Sediaan terbentuk lambat.
·         Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi  lagi.
b.    .Flokulasi
·         Partikel merupakan agregat yang basa
·         Sedimentasi terjadi begitu cepat
·         Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.

5.    Penilaian Stabilitas Suspensi
a.     Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
b.     Derajat flokulasi
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
c.    Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
d.    Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.



Kesimpulan
Adapun kesimpulan darri pembahasan di atas adalah sebagai barikut :
1.    Mixtura agitanda ( Campurn kocok ) adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut dalam cairanpembawa, sehingga cepat mengendap. Pada umumnya untuk pemakaian luar (topikal) dan dihindaripenambahan stabilisator PGA(Pulvis gummi arabicium), tragakant.
2.    Emulsi adalah sediaan  yang  mengandung  bahan obat  cair  atau  cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi  dalam cairan  yang  lain, dalam bentuk  tetesan kecil. yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
3.    Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halusdan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.